Lebih jauh diungkapkan, selain itu mendorong regenerasi nilai dengan mengajak generasi muda Ambon untuk memahami dan menghargai nilai-nilai ketekunan yang diwariskan oleh para Papalele.
“Mama-mama Papalele adalah wajah ketahanan Kota Ambon. Dengan status WBTB Nasional ini, kami mengajak seluruh masyarakat dan pihak terkait untuk bersama-sama menjaga, melindungi, dan memastikan tradisi Papalele terus hidup dan berdenyut di hati Ibu Kota Provinsi Maluku ini,” tandas Tukloy.
Diketahui, “mama-mama papalele” di kota Ambon, resmi ditetapkan sebagai profesi pedagang tradisional perempuan Ambon.
Papalele, sebuah istilah lokal yang berasal dari kata Portugis kuno, “Papalvo”, menggambarkan aktivitas usaha kecil dan perdagangan sederhana, di mana penjual bertemu langsung dengan pembeli.
Dalam potret otentik yang sering dijumpai di sudut kota, seperti yang digambarkan dalam foto-foto terkait Kota Ambon, terlihat seorang Mama Papalele yang gigih menjajakan hasil bumi dan dagangan lokal seperti pala, telur, dan buah-buahan segar.
Lebih dari sekadar aktivitas jual beli, Papalele sesungguhnya adalah warisan budaya tak benda yang mengandung nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kegigihan, kemandirian, serta kemampuan menjalin koneksi personal dan kepercayaan yang kuat antara penjual dan pembeli.