Kasus Daniel menggambarkan bahaya industri penipuan, baik yang ‘sukarela’ atau tidak. Kasusnya menunjukkan risiko yang melekat dalam suatu industri yang memperlakukan manusia seperti properti dan beroperasi di luar batasan normal kegiatan komersial yang terdaftar dan diatur secara resmi.
Penyintas yang keluar dari kompleks penipuan, seperti yang dialami Daniel, tidak langsung menikmati kebebasan, tapi berganti status sebagai tahanan aparat. Mereka kemudian berurusan dengan sistem penahanan imigrasi Kamboja, yang digambarkan sebagai “seperti penjara”.
Pusat-pusat penahanan ini, ungkap para narasumber, kekurangan tempat untuk tidur. Daniel mengungkapkan kepada Amnesty, tahanan seperti dirinya harus membayar makanan dan air, dan penahanan dapat berlangsung selama berbulan-bulan jika seseorang tidak memiliki dokumen yang tepat.
Orang-orang yang telah diperdagangkan ke negara tersebut atau yang tinggal di kompleks penipuan kemungkinan besar paspornya disita, sehingga memperpanjang waktu mereka di penahanan imigrasi, ungkap Daniel.
“Gaji Tinggi dan Kolam Renang”
Dalam dokumentasi paling komprehensif sejauh ini, laporan Amnesty setebal 240 halaman itu mengidentifikasi sedikitnya 53 kompleks penipuan di Kamboja dan mewawancarai 58 penyintas dari delapan kebangsaan yang berbeda, termasuk sembilan anak-anak. Amnesty juga meninjau catatan dari 336 korban lainnya dari kompleks di Kamboja tersebut. Para penyintas ini ada yang melarikan diri, diselamatkan, atau ditebus oleh keluarga mereka.