
“Sebagaimana bunyi syair Arab : Suatu bangsa akan tetap eksis atau terkenal, karena budi pekertinya, tetapi kalau budi pekertinya hancur, maka bangsa itu akan hancur bersama hancurnya budi pekerti itu,” ujar Sadali.
Dikatakan, pelaksanaan acara-acara keagamaan seperti ini tidak membuat kita terjebak pada acara-acara seremonial saja, tetapi seharusnya kita dapat menangkap makna dan intisarinya, serta berimplikasi secara signifikan terhadap pembangunan akhlak dan peradaban bangsa ini.
Menurutnya, dalam konteks ini, pelaksanaan MTQ sejatinya dapat meninggalkan jejak-jejak peradaban, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pola pikir, kebiasaan, karakter dan pola hidup, yaitu dari pemikiran yang sempit kepada pemikiran yang terbuka dan transformatif, dari pola hidup yang konfliktual kepada kehidupan yang rukun dan damai.
“Qur’an sebagai Hudan Linnas atau Petunjuk untuk umat manusia selain dilombakan melalui MTQ ini, dengan berbagai cabang mata lomba, sejatinya nilai-nilai Al-Qur’an harus dihidupkan di dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Inilah ciri masyarakat madani atau Bertamaddun yaitu masyarakat berkeadaban tinggi yang akan memancarkan nilai-nilai kasih sayang, kemanusiaan, kedamaian, persaudaraan, kebersamaan, keadilan, kejujuran, kemajuan, kemakmuran, serta ketulusan atay keikhlasan di dalam menyangga peradaban masyarakat ini.