Jauwerissa menegaskan, Sidang Sinode merupakan momentum penting bagi GPM untuk merefleksikan perjalanan panjang pelayanannya serta meneguhkan arah pelayanan ke depan.
Ia juga menilai semangat tersebut sejalan dengan ajaran Buddha tentang Metta (cinta kasih universal) dan Karuna (belas kasih), yang menekankan pentingnya menghadirkan kasih sayang, kedamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh makhluk hidup.
Lebih lanjut, Ketua WALUBI Maluku itu menekankan pentingnya kerukunan antarumat beragama sebagai fondasi utama bagi terciptanya kehidupan yang damai dan sejahtera.
Ia menilai, Gereja Protestan Maluku telah menjadi mitra penting dalam memperkuat semangat kebersamaan lintas iman di tanah Maluku.
“Kami melihat GPM sebagai mitra strategis dalam membangun kerja sama lintas agama. Kearifan lokal seperti pela gandong dan sagu salempeng dipatah dua adalah wujud nilai universal Dharma yang selaras dengan ajaran kasih dan persaudaraan,” tambahnya.
Menjelang peringatan satu abad GPM, Jauwerissa menyebut momen tersebut sebagai pencapaian yang sarat makna, bukan hanya sebagai usia lembaga, tetapi juga refleksi atas pengabdian panjang yang meneguhkan solidaritas di tengah tantangan zaman.
Ia berharap sidang sinode kali ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang bijaksana, visioner, dan relevan bagi pelayanan gereja di masa depan, sekaligus memperkuat komitmen seluruh umat untuk menjaga persaudaraan sejati dan kerukunan antaragama.