Aliansi Jaga Alam Raja Ampat—kelompok masyarakat sipil Papua yang bekerja sama dengan Greenpeace dalam kampanye #SaveRajaAmpat—menyatakan penandatanganan petisi oleh lebih dari 60 ribu orang yang menuntut pengembalian ekosistem Raja Ampat dari ancaman penambangan nikel menandakan besarnya perhatian publik terhadap kelestarian lingkungan. “Kampanye ini terus berlangsung hingga Raja Ampat aman dari ancaman perusahaan tambang,” ujar Koordinator Aliansi Jaga Alam Raja Ampat Yohan Sauyai, Selasa, 10 Juni 2025.
Yohan menjelaskan, aktivitas penambangan nikel di gugusan pulau Raja Ampat ditengarai menyebabkan kerusakan lingkungan. Aktivitas itu, kata dia, di antaranya pembukaan lahan dengan membabat hutan. Aliansi mendesak pemerintah mengawasi secara ketat aktivitas penambangan, khususnya yang dilakukan PT Gag Nikel. “Kerusakan alam di wilayah lain yang menjadi konsesi tambang adalah bukti nyata,” ucapnya.
Meski Pulau Gag disebut berjarak sekitar 42 kilometer dari Piaynemo, warga tetap gelisah terhadap dampak pertambangan. Informasi adanya tambang di Raja Ampat mengakibatkan beberapa wisatawan membatalkan perjalanannya. Kondisi ini dikeluhkan Joshias Kapitarau, warga di sekitar dermaga Piaynemo.