Scroll untuk baca artikel
Link Banner
Link Banner
BeritaDaerahLINGKUNGANNasionalPARIWISATAUtama

Kerusakan Raja Ampat Nyata. Mengapa Bahlil Terus Menyangkal?

16
×

Kerusakan Raja Ampat Nyata. Mengapa Bahlil Terus Menyangkal?

Sebarkan artikel ini
Berdasarkan dokumentasi Greenpeace, operasional tambang juga dilakukan oleh PT Kawei Sejahtera Mining di Pulai Kawe, Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Terlihat alat berat yang diduga milik PT Kawei Sejahtera Mining dengan luas konsesi 5.992 ha. (Nita/Greenpeace).

Aliansi Jaga Alam Raja Ampat—kelompok masyarakat sipil Papua yang bekerja sama dengan Greenpeace dalam kampanye #SaveRajaAmpat—menyatakan penandatanganan petisi oleh lebih dari 60 ribu orang yang menuntut pengembalian ekosistem Raja Ampat dari ancaman penambangan nikel menandakan besarnya perhatian publik terhadap kelestarian lingkungan. “Kampanye ini terus berlangsung hingga Raja Ampat aman dari ancaman perusahaan tambang,” ujar Koordinator Aliansi Jaga Alam Raja Ampat Yohan Sauyai, Selasa, 10 Juni 2025.

Yohan menjelaskan, aktivitas penambangan nikel di gugusan pulau Raja Ampat ditengarai menyebabkan kerusakan lingkungan. Aktivitas itu, kata dia, di antaranya pembukaan lahan dengan membabat hutan. Aliansi mendesak pemerintah mengawasi secara ketat aktivitas penambangan, khususnya yang dilakukan PT Gag Nikel. “Kerusakan alam di wilayah lain yang menjadi konsesi tambang adalah bukti nyata,” ucapnya.

Baca Juga  Rektor UIN Abdoel Muthalib Sangadji Ambon Terima Pengurus Yayasan Pijar Demokrasi Indonesia Cabang Ambon

Meski Pulau Gag disebut berjarak sekitar 42 kilometer dari Piaynemo, warga tetap gelisah terhadap dampak pertambangan. Informasi adanya tambang di Raja Ampat mengakibatkan beberapa wisatawan membatalkan perjalanannya. Kondisi ini dikeluhkan Joshias Kapitarau, warga di sekitar dermaga Piaynemo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *