“Seharusnya bisa menjadi solusi,” kata Ida sambil cepat menambahkan, “Tapi, semua kembali pada konsistensi.”
Bank Sampah Berharap dan Bertanya Dukungan Pemerintah
Di lokasi lain, Ketua Bank Sampah Induk Kumala, Dindin Komarudin, menekankan kalau pemilahan sejak di rumah tangga adalah kunci. Dindin mengelola bank sampah yang ada di Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini juga secara swadaya.
Bedanya dari Mekar Sari, Kumala sudah menggandeng sejumlah mitra. Untuk menopang operasional, misalnya, mereka telah mengandalkan penjualan produk kerajinan tangan dari daur ulang sampah. Kumala juga menjalankan layanan pendampingan dan pelatihan. Selain pemberdayaan anak-anak jalanan.
Harapannya, Dindin menambahkan, pemerintah dan swasta bisa memperkuat gerakan dan inisiatif tersebut. Termasuk dengan membeli produk kreativitas daur ulang sampah. “Karena bank sampah ini merupakan solusi nyata, bukan sekadar alternatif sementara,” katanya.
Tentang peran dukungan dari pemerintah juga jadi sorotan Vera Nofita dari Bank Sampah Gunung Emas di Rawamangun, Jakarta Timur. Dia menilai keberadaan bank sampah yang dikelolanya masih dibayangi persoalan klasik: lemahnya dukungan dari pemerintah dan rendahnya partisipasi masyarakat.