Kembali dari Suli mereka langsung ke Patung Martha Christina Tiahahu, kemudian kembali lagi Pelabuhan.
Menurutnya selain beberapa hal tersebut, ada juga ‘becak tour’ dan mereka akan melihat Pasar Tradisional, dan yang dipilih tepat di dekat Ambon Plaza (Amplaz), yang terkenal dengan nama Pasar Gotong Royong.
“Dari situ mereka ke Gong Perdamaian, ke Pattimura Park, menjelejahi Mardika, kemudian singgah di Gereja Josep Kam karena punya nilai sejarah, dilanjutkan ke Sibu-Sibu Cafe kemudan kembali ke Pelabuhan,” kata Hellen.
“Kita harapkan bahwa dampak yang akan diberikan ke Provinsi Maluku, khususnya masyarakat kota Ambon dan Pulau Ambon, agar mereka bisa menghabiskan uang mereka dengan berbelanja apa saja yang mereka mau,” ujar pelaku pariwisata nasional ini.
Biasanya, rata-rata usia para penumpang kapal pesiar ini di atas 50 tahun, jadi mereka berbelanja baju untuk cucu mereka, makanan ringan. “Nah kita bisa melihat transaksi melalui money changer jika mereka menukar uang dan mereka menggunakan uang tersebut, untuk berbelanja,” pungkasnya.
Pihaknya berharap, mereka bisa menikmati ketika melakukan tour dan bisa berbelanja menghabskan uang mereka di kota dan pulau Ambon, karena kapal pesiar ini sudah singgah dimana-mana, jadi tentunya mereka juga sudah menghabiskan uang di daerah-daerah dimana kapal ini singgah.