Presiden transisi Suriah, Ahmed al-Sharaa, telah berjanji untuk melindungi banyak kelompok minoritas agama dan etnis di negara itu sejak kelompok Islam Sunni yang dipimpinnya memimpin serangan pemberontak yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada bulan Desember setelah 13 tahun perang saudara yang menghancurkan.
Namun, pembunuhan massal terhadap ratusan warga sipil dari sekte minoritas Alawi Assad di wilayah pesisir barat pada bulan Maret, selama bentrokan antara pasukan keamanan baru dan loyalis Assad, memperkeras ketakutan di kalangan komunitas minoritas.
Pada bulan Februari, Perdana Menteri Israel memperingatkan bahwa ia tidak akan “menoleransi ancaman apa pun terhadap komunitas Druze di Suriah selatan” dari pasukan keamanan baru negara itu.
Netanyahu juga menuntut demiliterisasi penuh Suweida dan dua provinsi selatan lainnya, dengan mengatakan Israel melihat kelompok Islam Sunni Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebagai ancaman. HTS adalah bekas afiliasi al-Qaeda yang masih ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB, AS, Uni Eropa, dan Inggris.
Militer Israel telah melancarkan ratusan serangan di seluruh Suriah untuk menghancurkan aset militer negara itu selama empat bulan terakhir.
