Artinya tanpa lepas subsidi pun dia kuat, dijelaskan, tapi sekarang sudah diambil jalurnya juga Wahai – Sorong, sekarang dialihkan ke jalur komersial Namlea – Galala. Sekarang Namlea – Galala itu sudah lintasan gemuk, Tanjung Kuako – Waipirit lintasan gemuk tapi, pendapatan malah turun, alasannya pendapatan turun akhirnya hak-hak pegawai tidak dibayar, BPJS, BRI, bahkan tunjangan kesehatan kalau kita ke RS BPJS belum dibayar. Di komplain ke kantor dibilang nanti dibayar.
Sedangkan 2018, pertanggungjawaban Lelemuku masuk ke BNI hanya Rp.38 juta, menurtu Jantje itu operasional KMP Lelemuku Tanimbar.
“November 2018 saya kembali ke Ambon karena kantor mengatakan, jangan pulang karena kapal kehabisan minyak. Saya disuruh jangan pulang nanti satu – dua hari kasih masuk minyak. Kalau 2018 perusahaan goyang, kalau 1 bulan tidak ada minyak operasional Lelemuku uang operasional kami lebih besar karena uang makan 1 hari 100.000 1 bulan 3 juta. Lebih baik saya pulang dengan pesawat ke Ambon, tapi saya dapat kapal sabuk tiket 50.000,” ujarnya mengisahkan.
Lanjut Jantje, sampai di Ambon, uang jalan bulan Agustus ke sana dapat 6.900.000/tiga hari, lunsum per hari 300.000. Ternyata hanya diberikan 2.500.000. Begitu ditanyakan uang jalan lembaran kertas katanya sudah tidak ada lagi. Kalau seperti itu saya tidak mungkin bisa kembali ke Tanimbar.