“Mengembangkan pusat-pusat perkembangan ekonomi, membangun ekonomi lokal yang berdaya saing untuk menambah lapangan kerja, semuanya bagi Maluku,” ujarnya.
Dia mengingatkan, orang Ambon ini maunya necis tapi tidak punya mental entrepeuner. Semua orang mau jadi ASN, Polisi, Tentara, padahal stok sedikit.
Kata lulusan S1 Filsafat ini UKIM ini, kita butuh tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien, dari sistim. Artinya, kita bangun sistim bukan like and this like bukan one man show lalu pemimpin dilihat momok, orang Ambon takut pada sistim kepemimpinan di pemerintahan.
Harus terang, kreatif, tidak ada urusan agama, suku, tambahnya, kalau dia mampu dengan kualifikasi yang tepat kita siapkan. Dia naik dalam sisitim pemerintahan bukan karena agama tapi karena dia mampu. Birokasi harus efisien. Jika dia menjadi Gubernur, 6 bulan pertama yang akan buat reformasi birokrasi. Karena kalau Kepala air bersih pasti kaki air juga bersih.

Kita kembalikan budaya Maluku untuk saling mendorong, saling menghargai, saling mendukung dalam sebuah kualifikasi. “Ini point-point yang saya kemukakan harus ada perubahan,” tandas lulusan Magister UKI Jakarta ini.
Menyinggung masalah lingkungan FCT memiliki segudang ide yang dapat dibuat bagi Maluku. Dirinya menceritakan, pembangunan bank sampah baru disekitar Suli. Lingkungan terutama masalah sampah penting. Ke depan akan ada industri-industri maka masalah lingkungan menjadi sangat serius. “Saya pastikan saya akan dorong stabilitas lingkungan,” pungkasnya.