JAKARTA, arikamedia.id – Anomali iklim pemicu kekeringan di Indonesia, El Nino, terdeteksi segera berakhir meski nilai terkininya sudah ada di level netral.
“El Nino sedang bertransisi menuju netral-ENSO,” menurut laporan lembaga kelautan dan atmosfer AS (NOAA) bertajuk ‘ENSO: Recent Evolution, Current Status and Predictions’ yang diperbarui per 13 Mei.
ENSO yang merupakan kependekan dari El Nino-Southern Oscillation merupakan pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.
Jika suhunya lebih besar atau sama dengan +0,5 derajat Celsius, El Nino dinyatakan muncul. Jika kurang dari atau sama dengan -0,5 derajat C, maka giliran La Nina bangkit. Di antara angka-angka itu, ENSO berstatus netral, dilansir dari CNN Indonesia.
NOAA melanjutkan netralnya El Nino terungkap dari angka-angka hasil deteksi di area-area pengukurannya.
+ Nino 4: 0,8 derajat C
+ Nino 3.4: 0,3 derajat C
+ Nino 3: 0,0 derajat C
+ Nino 1+2: -0.4ºC
Meski ada beberapa area pengukuran, para ahli menjadikan suhu Nino 3.4, yang ada di pusat Pasifik tropis dan garis tanggal internasional, sebagai ukuran utama untuk memantau, menilai, dan memprediksi ENSO.
“Peralihan dari El Nino ke netral-ENSO kemungkinan besar akan terjadi pada bulan depan (Juni),” lanjut NOAA.
Setelah netral, ENSO dapat berkembang menjadi La Nina, yang memicu banyak hujan di Indonesia.
“La Nina dapat berkembang pada Juni-Agustus 2024 (peluang 49 persen) atau Juli-September (peluang 69 persen),” menurut keterangan tersebut.
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam Ikhtisar Cuaca per 13 Mei, mengungkap Indeks NINO 3.4 masih bernilai +0.70, dan mengkategorikannya sebagai El Nino Lemah.
Kenapa tak langsung menyebut El Nino berakhir?
NOAA menjelaskan status terkait ENSO ada periode minimalnya.
Berdasarkan standar sejarahnya, disebut sebagai El Nino atau La Nina yang lengkap jika ambang batas SST ini dilampaui dalam jangka waktu minimal 5 kali berturut-turut dalam musim 3 bulanan.
“CPC (Pusat Prediksi Iklim NOAA) menganggap kondisi El Nino atau La Nina terjadi pada saat Nino 3.4 OISST (Optimum Interpolation Sea Surface Temperature) bulanan memenuhi atau melampaui +/- 0,5 derajat C disertai fitur atmosfer yang konsisten,” jelas NOAA. Anomali-anomali ini juga harus diprediksi akan bertahan selama 3 bulan berturut-turut.(**)