
1. Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik.
Dilansir dari Science, jutaan ton sampah plastik mengalir ke laut setiap tahunnya, terutama dari wilayah pesisir dengan sistem pengelolaan limbah yang lemah. Sampah tersebut mencemari ekosistem laut, merusak habitat, dan mengancam keberlanjutan populasi ikan. Dalam jangka panjang, akumulasi ini juga berdampak pada rantai makanan yang dikonsumsi manusia.
2. Rendahnya tingkat daur ulang.
Dilansir dari Our World in Data, hanya sekitar 9 persen plastik yang berhasil didaur ulang secara global, sementara mayoritasnya berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar. Rendahnya angka ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi, biaya pemrosesan yang tinggi, serta variasi jenis plastik yang sulit dipisahkan. Akibatnya, upaya pengurangan timbunan plastik berjalan sangat lambat.
3. Munculnya mikroplastik.
Dilansir dari WHO, mikroplastik ditemukan di air minum, makanan laut, dan bahkan udara yang kita hirup. Partikel kecil ini berpotensi masuk ke tubuh manusia, meskipun dampak kesehatannya masih terus diteliti lebih lanjut. Kehadiran mikroplastik menunjukkan bahwa pencemaran plastik telah menyebar hingga ke tingkat yang sulit dikendalikan.
Krisis Iklim
Selain krisis plastik, pemanasan global juga menjadi tantangan besar yang memicu perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Dilansir dari IPCC, suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,1 derajar celcius dibandingkan era pra-industri akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer.