Rani menandaskan, setiap tahun selalu mengsupport kegiatan ini karena harapanya untuk layanan penghayat kepercayaan masyarakat adat itu tidak bisa di lakukan sendiri harus lintas sektor dengan kampus Universitas maupun organisasi masyarakat sipil.
“Melalui acara ini kami harapkan kami menerima masukan kedepannya untuk pelaksanaan program. Demi tercapainya layanan yang optimal bagi penghayat kepercayaan dan masyarakat adat karena mengingat kembali kemarin kita juga baru ada pembentukan kabinet baru kita juga di kemendikbud di pecah menjadi 3 kementrian harapanya mungkin nanti hasil dari acara ini bisa menjadi masukan juga terbentuk program, kedepan di kementerian kebudayaan,” ujarnya.
Di tempat yang sama masyarakat adat Naulu Aharena Matoke menandaskan, kalau melihat komunitas kami mungkin kecil jadi yang kami temui di kehidupan kami sehari-hari agama kami itu yang harusnya kami selalu bilang agama suku itu melambangkan bahwa kami punya agama sendiri agama leluhur tapi karena di haruskan di kolom KTP itu ada agama makanya di kolom KTP kami itu agama Hindu tapi bukan ajaran agama kami Hindu.
Kata Rena, pihaknya yang bersekolah itu selalu kalau mata pelajaran agama selalu ada pilihan mereka harus memilih agama Islam atau agama Kristen untuk mengikuti pembelajaran lalu tidak mungkin ada nilai-nilai kebijakan dari guru itu yang selalu bersentuhan dengan kami makanya kami hadir di sini untuk menyerahkan agar bisa dan memang kemarin kami sudah berproses untuk mendaftarkan komunitas kami karena sudah adanya terbentuk kami dalam proses pendaftaran.