“Proyek ini menunjukkan bahwa Indonesia bisa mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab, berprinsip good governance, dan tetap peduli lingkungan,” kata Yuliot. Ia menambahkan, pemerintah menargetkan Lapangan Gas Abadi mulai berproduksi pada 2029.
Fasilitas LNG darat Blok Masela akan dilengkapi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) guna menekan emisi karbon, sehingga pasokan energi tetap stabil sekaligus mendukung target pengurangan emisi nasional menuju net zero emission.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok Masela memiliki cadangan gas mencapai 18,54 triliun kaki kubik (TCF). Lapangan Gas Abadi ditargetkan mampu memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 juta standar kaki kubik gas pipa per hari (MMSCFD), serta 35 ribu barel kondensat per hari.
Gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) merupakan gas bumi yang didinginkan hingga -162 derajat Celcius, sehingga volumenya menyusut 600 kali lebih kecil. Proses ini membuat LNG lebih mudah disimpan dan didistribusikan. LNG dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik maupun bahan baku industri. Keunggulannya, LNG lebih ramah lingkungan dengan emisi CO2 yang lebih rendah sekitar 25 persen, NOX berkurang 90 persen, serta hampir tanpa emisi sulfur dan debu. (***)