Menurutnya, pemerintah harus keras dengan kuota-kuota, jika satu sekolah itu kuotanya cuman 10 Janganlah bikin tambahan lagi artinya tidak merata.
“Akhirnya ada yang ngerasa ini sekolah favorit ini tidak favorit lah ini semua anak-anak kita kok kalau ada yang favorit tidak favorit keluarannya seperti apa. Pertanyaannya adalah apakah lulusan yang baik yang banyak itu terserap di tempat kerja atau apakah lulusan sebanyak itu mereka Mandiri punya wirausaha sendiri kan tidak, kalau sudah seperti itu ya harus dibatasi ikut kuota aja,” ujarnya.
Kata Aunalal, jumlah siswa di SMK 5 sebanyak 230 siswa, namun dia bangga dengan jumlah siswa yang tidak capai 500, namun sekolahnya tertata rapi dan menghasilkan siswa berprestasi di bidangnya masing-masing.
SMK 5 juga tambahnya, selalu berbagi ilmu mengajar tentang melestarikan pangan lokal lewat tata boga dengan mempromosikan produk-produk yang dihasilkan untuk dinikmati pasar hasil kerja siswa dan guru.
“Dan saya tidak pernah merasa malu tidak pernah merasa minder dengan sekolah yang saya pimpin ini. Karena saya memulai di sini juga dengan terdampak konflik dan terbakar semuanya dan saya harus memulai dari baru sampai saat ini walaupun butuh waktu butuh perjuangan tetapi saya bilang saya tidak sombong tetapi Tuhan berkenan jika kita mau kerja dengan hati soal jumlah siswa itu cuman hanya waktu kita memang harus kerja lebih keras,” ungkapnya.