Tolikara
Di Kabupaten Tolikara, misalnya, pesta bakar batu kerap menjadi ajang pertemuan antara pemimpin daerah dengan masyarakat. Proses pembagian makanan yang tertib mengajarkan nilai-nilai keadilan dan persamaan hak yang dijunjung tinggi dalam budaya Papua.
Prosesi ini awalnya identik dengan daging babi sebagai bahan utama. Lalu perkembangan zaman membawa adaptasi dalam tradisi ini.
Masyarakat Papua menunjukkan toleransi tinggi dengan menyertakan ayam sebagai alternatif bagi mereka yang tidak mengonsumsi babi. Di daerah Walesi Jayawijaya, komunitas Muslim bahkan mengadopsi tradisi ini dengan mengganti bahan utama menjadi ayam saat menyambut Ramadan.
Pembagian makanan dalam pesta bakar batu dilakukan dengan sistem yang teratur. Para pejabat dan tamu kehormatan mendapat bagian pertama, diikuti oleh perwakilan kelompok masyarakat.
Tradisi ini dikenal dengan berbagai nama di seantero Papua. Masyarakat Dani menyebutnya lago lakwi. Sementara di Wamena dikenal sebagai kit oba isago.
Di Paniai, ritual ini bernama mogo gapil, sedangkan masyarakat pesisir menyebutnya Barapen. Pesta bakar batu tidak hanya digelar untuk acara besar.
Ritual ini juga menjadi bagian dari berbagai momen penting kehidupan, mulai dari kelahiran, pernikahan, kematian, pembukaan ladang baru, hingga penyambutan tamu penting. (**)