Ditandaskannya, Provinsi Maluku yang terdiri dari pulau-pulau ini jelas akan mendapatkan ancaman yang luarbiasa ketika global warming benar-benar terjadi. Tingkat permukaan laut nanti akan meningkat, kemudian tanaman bakau yang kini hidup dan menjadi sumber penghidupan sekitar pantai pada akhirnya akan lenyap.

Menurutnya, kita akan kehilangan batas-batas wilayah maupun batas rumah yang itu akan memicu terjadinyan konflik. Tentunya ketika kita akan berhadapan dengan bagaimana ketahanan pangan ketika sagu akan menjadi makanan pokok di wilayah Maluku. Lahan dan tanah semakin tergerus karena laut lalu bagaimana dengan ketahanan pangan.
”Belum lagi kita bicara kesetaraan gender di ranah pribadi dan publik, dimana isu kekerasan terhadap perempuan dan anak secara domestik maupun di wilayah publik semakin meningkat. Kompetisi antar kelompok masyarakat baik itu kekuasaan untuk ekonomi semakin sengit sehingga memicu meningkatnya perilaku kekerasan khususnya terhadap perempuan dan anak,” beber Reva panggilan akrab Arifah.
Sambung Reva, belum lagi kita bicara keamanan di dunia siber. Sekarang ini menjadi aktivitas kita semua padahal bahayanya luarbiasa. Kerjasama kota dituntut harus lebih kuat. Bagaimana kita menciptakan perdamaian tidak hanya sebagai sebuah tujuan. Tapi juga sebagai sebuah cara, perdamaian, tanpa kekerasan, mendahulukan dialog.










