Periode transisi dulunya bahkan lebih panjang — empat bulan — dan merupakan peristiwa yang agak sederhana sepanjang sebagian besar sejarah Amerika, menurut sejarawan Russel Riley.

Riley telah menelusuri penyebutan paling awal dari frasa “transisi presidensial” ke tahun 1948, dan berargumen di The Washington Post bahwa proses tersebut memiliki makna yang lebih besar pada tahun 1960-an karena “risiko bagi seorang presiden — dan juga bagi negara — karena pendatang baru dan timnya tidak sepenuhnya siap sejak hari pertama untuk menghadapi tantangan dunia.”
Tradisi dan hukum
Saat ini, transisi merupakan proses yang sangat rumit dan terformalkan, yang diatur oleh tradisi dan adat istiadat serta hukum dan peraturan.
“Hal ini lebih banyak berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan oleh para kandidat dan pemerintah federal,” kata Derek Muller, seorang profesor hukum di Notre Dame dan pakar transisi presiden.
Beberapa tradisi sebagian besar bersifat simbolis.
Misalnya, ada pertemuan di Gedung Putih pasca-pemilu antara presiden yang sedang menjabat dan presiden terpilih.
Presiden Harry Truman dianggap sebagai pelopor tradisi ini dengan mengundang Dwight Eisenhower, pesaing politiknya, ke Gedung Putih setelah kemenangan Eisenhower tahun 1952. Contoh ini diikuti oleh setiap presiden sejak saat itu, kecuali Trump setelah kekalahannya tahun 2020.