Selama pelatihan, peserta akan menjalani uji kompetensi. Bagi yang lolos, mereka akan menerima sertifikat kompetensi yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan.
“Lulusan PKK ditargetkan bisa langsung bekerja maksimal satu tahun setelah program selesai. LKP penyelenggara sudah memiliki jejaring industri yang siap menampung mereka,” ujarnya.
Untuk peserta yang mengikuti jalur PKW, pelatihan lebih difokuskan pada pengembangan usaha mandiri. Selain dibekali keterampilan teknis, peserta juga mendapat pelatihan kewirausahaan, pendampingan usaha, hingga akses bantuan modal.
“Misalnya, peserta yang belajar tata busana akan dibantu mulai dari desain, teknik menjahit, pemasaran digital, hingga mendapatkan modal untuk membeli bahan baku,” ujar Tatang.
Program ini digelar di 245 LKP yang tersebar di 33 provinsi, termasuk di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pemerintah daerah berperan dalam mengidentifikasi anak-anak SMK yang putus sekolah (APS) dan memfasilitasi mereka untuk mengikuti pelatihan di LKP terdekat.
Salah satu peserta, Nabila Aditya, mantan siswi SMK di Subang, Jawa Barat, mengaku optimistis program ini bisa mengubah hidupnya. “Saya dulu jurusan tata busana, tapi tidak pernah ikut praktikum karena tidak ada biaya. Sekarang saya bisa belajar menjahit dan mau buka usaha sendiri,” kata Nabila, yang kini mengikuti pelatihan di LKP Dwi Tunggal, Subang.