JAKARTA, arikamedia.id – Dari 58 penyintas, 40 mengalami penyiksaan atau perlakuan buruk lainnya, yang hampir selalu dilakukan oleh pengelola kompleks. Beberapa kompleks memiliki “ruang gelap” khusus untuk menyiksa mereka yang tidak bisa bekerja atau melapor ke pihak berwenang.
Penyintas sering menyebutkan adanya kematian di dalam atau sekitar kompleks; salah satunya mendengar suara tubuh jatuh di atap bangunan. Amnesty juga mengonfirmasi kematian seorang anak asal Tiongkok di sebuah kompleks.
Penyintas bernama Siti* mengaku melihat seorang warga Vietnam dipukuli selama sekitar 25 menit. “Mereka terus memukuli [orang Vietnam itu] sampai tubuhnya… ungu… lalu pakai tongkat listrik. Dipukul sampai dia tidak bisa berteriak, tidak bisa bangun… lalu bos bilang mereka tunggu sampai kompleks lain mau beli dia,” kata Siti.
Dari sembilan anak yang diwawancarai, lima mengalami penyiksaan atau perlakuan buruk. Sawat*, seorang anak laki-laki Thailand berusia 17 tahun, dipukuli oleh beberapa manajer sebelum diberi tahu bahwa ia akan dilucuti pakaiannya dan dipaksa melompat dari gedung.
Kegagalan Mencolok Pemerintah Kamboja
Amnesty International menemukan bahwa pemerintah Kamboja gagal menyelidiki pelanggaran HAM luas yang terjadi di kompleks penipuan meskipun telah diberi tahu berulang kali.