Menurut Usman Hamid teror bangkai hewan semakin marak karena lemahnya penegakan hukum dan jaminan keamanan. “Kasus-kasus seperti ini muncul ketika ada pihak yang memiliki kekuasaan tidak merasa nyaman dengan dinamika masyarakat yang kritis,” kata Usman.
Sebelum teror kepala babi busuk kepada Aliansi Mahasiswa Papua, sebuah paket mencurigakan berisi bangkai burung berdarah diterima Delima Silalahi, aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada Jumat pagi, 30 Mei 2025.
Redaksi Tempo juga mendapat teror pada 19 Maret 2025. Kala itu, Francisca Christy Rosana, jurnalis politik Tempo sekaligus host siniar Bocor Alus Politik, menerima kiriman kepala babi tanpa telinga. Dua hari kemudian teror itu berlanjut dengan kiriman kardus berisi enam bangkai tikus got yang telah dipenggal. (***)