Adapun Indonesia Political Review (IPR) menilai penggunaan nama Si Doel oleh Rano Karno dalam kampanye merupakan strategi politik untuk menaikkan elektabilitas dan mendapat dukungan publik.
“Ini bagian dari pada strategi untuk bisa dikenal dan mendapat dukungan dari publik atau warga Jakarta. Karena nama beken, nama panggilan, nama familier itu menjadi penting,” kata Direktur Eksekutif IPR, Ujang Komarudin, di Jakarta pada Ahad, 22 September.
Dia menuturkan masyarakat Indonesia, termasuk warga Jakarta, sudah mengenal Pramono Anung Wibowo, bukan Pramana Anung Wibawa sebagaimana tertulis dalam KTP dan ijazah eks Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab) tersebut. Sedangkan untuk Rano Karno, kata dia, nama Si Doel lebih dekat dengan masyarakat Betawi.
“Kalau nama Rano Karno dikenal, tapi sedikit. Si Doel lebih mengena, lebih merakyat, lebih bagus. Siapa orang yang tidak kenal Rano Karno dan siapa orang yang tidak tahu Si Doel kan?” kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia itu.
Karena itu, kata dia, Si Doel ini nama panggilan, nama beken yang cocok dengan tipologi masyarakat Jakarta, masyarakat Betawi. Ujang menambahkan keputusan pasangan Pramono Anung-Rano Karno tersebut merupakan strategi untuk menghadapi kampanye Pilgub Jakarta pada 25 September hingga 23 November 2024.