Dia menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: “Orang kalau udah mau turun ke jalan berarti dia udah tau ada yang salah. Enggak perlulah kita jauh-jauh baca undang-undang setebal-tebal itu kan,” katanya.
Fasya mengaku dirinya relatif baru ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, dia juga bukan anak yang aktif dalam organisasi dan aktivisme. Namun, ia memendam keinginan ikut gerakan protes.
Dia mengikuti isu seperti UU TNI dari media sosial sambil sesekali menanyakan isu itu kepada teman-temannya. Seiring itu, pengetahuannya semakin berkembang.
Ajakan seorang teman membukakan pengalaman pertamanya mengikuti aksi protes di depan Hotel Fairmont, Jakarta. Kemudian berlanjut pada aksi mendirikan tenda di belakang Gedung DPR.
Bagi Fasya, mengikuti aksi protes tersebut bukan tanpa keraguan. “Kayaknya ini mah 15 menit keangkut nih,” ungkap Fasya soal keraguan yang terbersit di benaknya pada hari pertama mendirikan tenda.
Belum lagi cibiran soal di media sosial. Salah satunya perihal benda-benda bermerek yang dikenakan sebagian peserta aksi.
“Urusan tas itu digoreng buzzer, terus aku diam aja,” kata Fasya, yang sempat kesal dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan sebagian pengguna media sosial.