Link Banner
BeritaNasionalUtama

AJI: Kekerasan terhadap Jurnalis dalam Aksi Tolak UU TNI Bukti Impunitas Aparat

15
×

AJI: Kekerasan terhadap Jurnalis dalam Aksi Tolak UU TNI Bukti Impunitas Aparat

Sebarkan artikel ini
Aktivis pegiat HAM, masyarakat sipil dan mahasiswa melakukan seruan aksi Kamisan ke 857, di depan Istana Merdeka, Jakarta, 10 April 2025. Aksi ini menyerukan penolakan wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden RI ke-2 Soeharto, dinilai upaya penghapusan sejarah dan pemutihan terhadap kejahatan sebagai pelanggar hak asasi manusia dan melakukan kekerasan kepada warga sipil yang dilakukan selama 32 tahun menjabat sebagai Presiden. Tempo/Imam Sukamto

JAKARTA, arikamedia.id – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyoroti meningkatnya kekerasan terhadap jurnalis selama peliputan aksi penolakan rancangan Undang-Undang tentang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI). Menurut AJI, kasus-kasus tersebut mencerminkan praktik impunitas aparat dan upaya sistematis untuk menakut-nakuti pers sebagai salah satu pilar demokrasi yang tersisa.

“Sepanjang aksi menolak UU TNI, kami mencatat setidaknya 18 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Bentuknya beragam, dari penganiayaan, perampasan alat kerja, hingga doxing,” kata anggota AJI Adil Al Hasan dalam konferensi pers bersama Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) bertajuk Launching Pusat Data Kekerasan Nasional Aksi Tolak RUU TNI di kantor KontraS, Jakarta Pusat, Kamis, 10 April 2025.

Baca Juga  Wali Kota Ambon Beri Apresiasi Terselenggaranya Coo Project Band Competition 2025

Adil menyebut serangan itu tidak berdiri sendiri. Ia menilai kekerasan terhadap pers menjadi bagian dari konsolidasi kekuasaan yang dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto.

“Prabowo sebagai mantan jenderal Kopassus punya keinginan bahwa anak buahnya di kementerian dan lembaga tidak boleh rewel. Yang dimaksud tentu Polri dan TNI, karena mereka dididik untuk taat pada komando,” ujarnya, mengutip Tempo.co.

Ia menambahkan dalam kondisi tidak adanya oposisi di DPR, kini media menjadi satu-satunya kekuatan sipil yang masih bisa menjalankan fungsi kontrol. Namun, justru posisi itu kini digoyang lewat kekerasan dan upaya delegitimasi di ruang digital.

Link Banner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

JAKARTA, arikamedia.id – Disaksikan oleh Presiden Indonesia dan Prancis, HDF Energy bermitra dengan PLN dan PT SMI mendorong pembiayaan pembangkit listrik tenaga hidrogen hijau, dan membangun koordinasi dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)…

Link Banner