Melansir dari Euronews, pada 2024 ini sebanyak delapan negara di Afrika telah melaporkan sekitar 9.600 kasus diduga cacar monyet dan lebih dari 400 kasus meninggal. Anak-anak di bawah 15 tahun disebut menjadi penyebab sebagian besar infeksi dan kematian baru pada 2024 ini.
Sejauh ini, hampir seluruh kasus terjadi di Republik Demokratik Kongo. Namun, para pejabat kesehatan menyebut bahwa jenis virus baru ini mungkin sudah menyebar ke luar negeri dan keseluruhan kasus kemungkinan besar tidak dilaporkan karena pengujian dan pengawasan yang tidak tepat.
Tanpa langkah-langkah mitigasi, penyakit cacar monyet dapat menyebabkan lebih banyak penyakit, kematian, dan menyebar ke luar Afrika Tengah.
Pada 2022 lalu, penyakit cacar monyet sempat menjadi krisis global, yakni saat kasusnya merebak di kalangan lelaki seks dengan lelaki (LSL) serta biseksual di Eropa dan Amerika Utara.
Strain penyebab wabah global pada 2022 adalah Clade II yang sering ditemukan di Afrika Barat. Clade II diklaim tidak mematikan, seperti Clade I yang umum terjadi di Kongo dan memiliki tingkat kematian sekitar 10 persen.
Adapun, jenis penyakit cacar monyet terbaru ini merupakan cabang dari Clade I yang pertama kali muncul pada tahun lalu di kalangan penambang dan pekerja seks di kota Kamituga di Kongo timur.