ANDAI MEGA tidak masuk ke PDI tahun 1987, Soeharto yang sangat berkuasa dengan Golkar di kaki kekuasaannya mungkin tidak “dihantui” sosok Sukarno yang masih dicintai rakyat.
Andai Mega tidak melawan atas tragedi 27 Juli 1996, Rezim Orde Baru mungkin tidak akan memiliki lawan seimbang karena Mega adalah simbol perlawanannya.
Andai Mega tidak memboikot Pemilu 1997, dunia internasional mungkin masih menutup mata betapa tidak demokratisnya Pemilu di Indonesia di masa Orde Baru.
Andai Mega tidak mengutus Taufik Kiemas ke Yordania tahun 2001 untuk menjemput Prabowo, mungkin saat ini Prabowo masih belum menjadi WNI kembali dan tidak berpolitik sampai menjadi capres kemudian terpilih jadi presiden.
Andai Mega tidak membuka keran Pilpres Langsung 2004, mungkin ia bisa terpilih menjadi presiden kembali di MPR dengan menyandera ketua-ketua partai dengan memperalat hukum dan kekuasaan.

Andai Mega menerima tawaran SBY untuk 8 posisi jabatan menteri di tahun 2004 mungkin PDI Perjuangan tidak akan oposisi selama 10 tahun.
Andai Mega tidak menggunakan terminologi “petugas partai” mungkin PDI Perjuangan tidak akan menjadi satu-satunya partai di Indonesia yang meraih ISO 9001 : 2015 sebagai partai politik manajemen mutu di ASIA










