RIYADH/WASHINGTON, arikamedia.id – Kunjungan penguasa de facto Arab Saudi ke Gedung Putih untuk mengadakan pembicaraan pada hari Selasa dengan Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk memperdalam kerja sama yang telah berlangsung puluhan tahun di bidang minyak dan keamanan sambil memperluas hubungan di bidang perdagangan, teknologi, dan bahkan mungkin energi nuklir.
Ini akan menjadi kunjungan pertama Putra Mahkota Mohammed bin Salman ke AS sejak pembunuhan kritikus Saudi, Jamal Khashoggi, oleh agen-agen Saudi di Istanbul pada tahun 2018, yang memicu kegemparan global. Intelijen AS menyimpulkan bahwa MBS menyetujui penangkapan atau pembunuhan Khashoggi, seorang kritikus terkemuka.
Putra mahkota, yang dikenal luas dengan inisial namanya MBS, membantah telah memerintahkan operasi tersebut tetapi mengakui tanggung jawabnya sebagai penguasa de facto kerajaan.
Mengutip, Reuters, lebih dari tujuh tahun kemudian, ekonomi terbesar di dunia dan produsen minyak terbesar di dunia ingin bergerak maju.
Trump sedang berupaya untuk mendapatkan keuntungan dari janji investasi Saudi senilai $600 miliar yang disampaikannya saat kunjungan Trump ke kerajaan tersebut pada bulan Mei. Ia tidak menyinggung isu hak asasi manusia selama kunjungan tersebut dan diperkirakan akan melakukannya lagi.










