BeritaEkonomiInternasionalUtama

Mengukur Dampak Kalau Tarif 32 Persen Trump Berlaku, Mengerikan?

12
×

Mengukur Dampak Kalau Tarif 32 Persen Trump Berlaku, Mengerikan?

Sebarkan artikel ini
Ekonom menyebut Indonesia bisa melawan tarif 32 persen yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump dengan kurangi impor migas dan manfaatkan BRICS. ( REUTERS/Leah Millis). Baca artikel CNN Indonesia "Mengukur Dampak Kalau Tarif 32 Persen Trump Berlaku, Mengerikan?" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250709062028-92-1248485/mengukur-dampak-kalau-tarif-32-persen-trump-berlaku-mengerikan/2. Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

JAKARTA, arikamedia.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menghajar Indonesia dengan tarif impor 32 persen untuk barang-barang Indonesia yang masuk ke negerinya.
Padahal, sejumlah rayuan maut sudah dikeluarkan oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk meluluhkan Trump.

Rayuan itu antara lain; Indonesia berjanji menambah impor produk pangan dari AS, seperti kacang kedelai hingga gandum. Indonesia juga berjanji membeli minyak mentah, LPG, dan BBM dari AS mencapai US$15 miliar atau Rp243,9 triliun.

Dilansir dari CNN Indonesia, tawaran kemudian dinaikkan. Indonesia menyatakan kesediaan mengimpor lebih banyak untuk menutupi defisit perdagangan AS sekitar US$19 miliar atau sekitar Rp309 triliun (asumsi kurs Rp16.266 per dolar AS).

Belakangan, Indonesia menaikkan tawaran menjelang tenggat. Indonesia akan menambah impor dan investasi di AS hingga US$34 miliar atau Rp553 triliun. Tapi, tawaran tak juga membuat Trump sungkan.
Bahkan, Trump masih menebar ancaman. Kalau Indonesia berani melawan tarif 32 persen, ia tak segan mengenakan tarif tambahan guna membungkam perlawanan Indonesia.

Infografos kerjasama dagang RI – AS – CNN

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai keputusan Trump ini menjadi pukulan telak bagi Indonesia. Dia berkata tarif tinggi bakal melukai industri-industri ekspor Indonesia yang menyasar pasar AS.

Karena masalah itu, Indonesia bisa mengalami beberapa masalah. Pertama, penurunan output ekonomi sampai Rp164 triliun. Kedua, penurunan ekspor sampai Rp105,9 triliun. Ketiga, penurunan pendapatan tenaga kerja sampai Rp52 triliun. Keempat, penurunan serapan tenaga kerja sampai 1,2 juta orang.

“Jadi ini cukup signifikan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia karena beberapa sektor padat karya masih bergantung pada Amerika Serikat,” kata Bhima saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (8/7).

Segendang sepenarian, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho menyampaikan serangan tarif Trump juga berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 0,05 persen.

Selain itu, sejumlah sektor industri bakal terkontraksi karena ekspor ke AS terganggu. Sektor manufaktur diprediksi terkontraksi 22,11 persen, peralatan listrik terkontraksi 10,14 persen, serta sektor tekstil dan pakaian terkontraksi 7,34 persen.

Andry mengatakan Indonesia makin tidak diuntungkan karena ketergantungan ekspor dengan AS. AS menjadi pasar tunggal untuk beberapa komoditas ekspor Indonesia, seperti surya photovoltaic dan udang vaname.

“Amerika Serikat bisa menggantikannya di luar Indonesia. Maksudnya mereka tidak bergantung terhadap produk-produk tersebut dan bisa di-supply oleh negara lain. Ini salah satu kerugian Indonesia,” ucap Andry.

Dia berpendapat Indonesia bisa memanfaatkan keanggotaan di BRICS untuk membuka pasar. Indonesia juga harus memanfaatkan kerja sama di Asia Tenggara. Begitu pula dengan membuka pasar di Eropa.

Dia berkata pemindahan pasar tak hanya di sisi ekspor, tetapi juga impor. Indonesia perlu mengalihkan sebagian impor dari AS ke negara lain. Misalnya, mengurangi impor migas dari AS untuk dialihkan ke negara timur tengah.

“Jadi kita bisa memberikan tekanan juga kepada Amerika Serikat melalui itu,” ucapnya.

Sementara itu, Bhima berharap pemerintah berfokus pada mitigasi terhadap dampak yang dihadapi industri dalam negeri. Dia menyarankan Prabowo menambah anggaran untuk paket stimulus ekonomi.
Bhima memberi contoh diskon tarif listrik hingga 40 persen selama satu tahun untuk industri padat karya. Kemudian, bantuan subsidi upah (BSU) ditambah menjadi Rp600 ribu per bulan untuk tiga bulan.

Pemerintah juga wajib menerbitkan aturan baru yang tegas melindungi produk dalam negeri dari serangan impor. Dia juga menyarankan program Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Tertentu yang Ditanggung Pemerintah (PPh 21 DTP) diperluas cakupannya.

“Kebijakan efisiensi anggaran itu harus dievaluasi ulang, harus bisa ditekan sehingga dalam negerinya bisa ada konsumsi yang lebih kuat lagi untuk mencegah dampak dari perang tarif yang ternyata merugikan Indonesia,” ujar Bhima. (***)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *