JAKARTA, arikamedia.id – Wakil Presiden Amerika Serikat sekaligus bakal calon presiden Kamala Harris punya jurus ampuh yang kemungkinan bisa mengalahkan Donald Trump di pemilihan umum pada November.
Harris belum resmi diusung Demokrat. Partai ini dilaporkan akan mengumumkan capres mereka pada Agustus.
Dikutip CNNIndonesia, sejumlah pengamat menyebut Trump sedang berada di atas angin, terlebih usai penembakan dia saat kampanye. Nama eks capres itu kian melambung dan jadi sorotan.
Sejumlah survei juga menyebut Trump lebih tinggi dari Joe Biden, yang mengundurkan diri dari capres dan mendukung Harris.
Berikut sederet jurus Kamala Harris yang mungkin bisa mengalahkan Trump.
1. Isu-isu feminisme
Jika diusung Demokrat dan menang dalam pemilu, Harris akan menjadi presiden perempuan kulit berwarna dan keturunan Asia pertama dalam sejarah Amerika Serikat.
Trump sementara itu dikenal luas sebagai sosok yang seksisme dan memiliki riwayat pelaku pelecehan seksual.
Hillary Clinton yang pernah menjadi capres di pemilu AS pada 2016 yakin Harris bisa menang dalam kontestasi politik itu.
Dia menyadari bahwa betapa sulit perempuan berjuang melawan seksisme dan standar ganda di politik AS. Namun, Harris, menurut dia, punya harapan.
“Dia mewakili awal yang baru bagi politik Amerika. Ia bisa menawarkan visi yang penuh harapan dan pemersatu. Ia berbakat, berpengalaman, dan siap menjadi presiden. Dan saya tahu ia dapat mengalahkan Donald Trump,” kata Clinton, dalam opini yang rilis di New York Times, Selasa (23/7).
Clinton juga menyoroti Harris bisa menggunakan isu hak aborsi untuk mengalahkan capres dari Republik. Trump dalam program Proyek 2025 membatasi hak aborsi.
Menurut Clinton, larangan aborsi dan serangan ke demokrasi telah menggerakan banyak pemilih perempuan.
Dia meyakini gerakan tersebut mungkin menjadi gelombang yang tak terhentikan, apalagi jumlah pemilih perempuan yang dominan.
Menurut laporan Center for American Women and Politic, partisipasi perempuan dalam pemilu sela pada 2022 sebesar 70 persen, sementara laki-laki 68,2 persen.
Mereka juga mencatat jumlah pemilih yang terdaftar di tahun yang adalah perempuan 84,4 juta dan laki-laki 77 juta.
2. Persoalan rasialisme
Menurut jajak pendapat CNN, Harris mengungguli Trump di antara pemilih kulit hitam dengan perolehan 78 persen berbanding 15 persen.
Harris juga unggul di kalangan pemilih HIspanik dengan angka 47 persen, semetara Trump 45 persen.
Harris bisa menyampaikan dukungan terhadap keadilan rasial, sikap kebalikan Trump yang dianggap rasis.
Jurnalis senior politik AS Albert Hurt mengatakan Harris bisa menampilkan diri sebagai capres Demokrat, perempuan kulit hitam, dan keturunan Asia.
Dia, lanjut Hurt, bisa meniru Barack Obama yang berhasil menang pada 2008 lalu, dikutip US News.
3. Masalah hukum Trump
Harris juga bisa mengalahkan Trump karena eks presiden AS itu berstatus terpidana dan menghadapi puluhan kasus.
Beberapa kasus itu di antaranya penyembunyian dokumen rahasia, pembayaran uang tutup mulut ke bintang film porno, hingga upaya menggagalkan hasil pemilu 2020.
Sementara itu, Harris merupakan wapres perempuan sekaligus keturunan kulit hitam pertama dalam sejarah AS.
Sebelum ke politik, dia malang melintang di dunia hukum. Harris bergabung dengan Kantor Kejaksaan Alameda County pada 1990 dan fokus terkait kasus kekerasan terhadap anak.
Lalu pada 2010, dia terpilih menjadi Jaksa Agung California. Tujuh tahun setelah itu, dia dilantik menjadi anggota Senat.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga punya pandangan serupa. Dia bahkan menilai pertarungan ini tak sepadan.
“Trump [punya banyak salah] sementara Harris jaksa. Ini kampanye antara jaksa dengan pesakitan,” ujar Suzie.(*)